Sabtu, 05 Juni 2010

THR Ir. H. Djuanda Paru-Paru Bandung


Kesan pertama ketika memasuki kawasan Taman Hutan Raya Ir. Djuanda adalah hijau yang disertai kesegaran udara. Di THR Ir. Djuanda ini, sejauh mata memandang yang terlihat rindangnya pepohonan menjulang ke langit. Ribuan pohon dari berbagai jenis ada di sini. Tak salah jika THR Ir. Djuanda sebagai salah satu tempat liburan yang menyejukkan..

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda salah satu museum hidup (arboretum) di Indonesia, koleksi tanamannya mencapai lebih dari 2.500 jenis, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 14 Januari 1985, bertepatan dengan hari kelahiran Ir. H. Djuanda Kartawidjaja. THR Ir. H. Djuanda sering menjadi obyek studi bagi pelajar, mahasiswa, dan para ahli dalam bidang pengenalan pohon. Kekayaannya mencapai jumlah sekitar 2.500 jenis pohon yang termasuk dalam 40 familia dari108 spesies. Selain itu juga, di sini terdapat tiga jenis mamalia, 27 jenis burung dan 8 jenis ikan asal Indonesia.

Di THR Ir. H. Djuanda ini, kita tidak hanya disajikan pemandangan pohon rindang dan udara segar, tetapi kita juga dapat masuk ke museum, goa Jepang, goa Belanda dan Curug Omas.

Sejarah berdirinya taman hutan raya ini dimulai sebagai hutan lindung yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan pengukuran tahun 1922. Namun pada tahun 1963, hutan lindung ini mulai disiapkan sebagai hutan wisata atau kebun raya. Untuk itu, areal seluas 30 ha kemudian ditanami pohon-pohon yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan luar Indonesia. Kebun raya ini diresmikan Gubernur Daerah Tingkat 1 Jabar, Brigjen. H. Mashudi pada tanggal 23 Agustus 1965.

Kehadiran kebun raya ini memiliki arti sangat penting mengingat fungsinya bagi hidro-orologis Daratan Tinggi Bandung karena keberadaannya di daerah hulu Sungai Cikapundung, salah satu anak Sungai Citarum. Kawasan itu merupakan daerah resapan yang menjamin ketersediaan air tanah bagi penduduk Kota Bandung. Selain itu, berfungsi sebagai paru-paru Kota Bandung.

Mengingat perannya yang sangat strategis, kebun raya ini kemudian diusulkan menjadi taman hutan raya. Gagasannya berawal dari Mashudi dan Ismail Saleh serta Menteri Kehutanan, Soedjarwo. Sejak itu, luas arealnya ditambah sehingga mencapai 590 ha, dan 30 ha di antaranya diperuntukkan wisata. (winarni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar