Senin, 03 Mei 2010

Masa Depan Jurnalisme

Aktivitas Jurnalisme dalam 10 tahun ke depan
Jurnalisme warga atau citizen journalism yang biasanya diartikan sebagai kegiatan pencarian, pengumpulan, dan pengolahan data informasi untuk kemudian dipublikasikan kepada masyarakat melalui media massa yang dikirim oleh warga biasa yang tidak memiliki latar belakang disiplin ilmu jurnalisme.
Jurnalisme warga yang pada dasarnya dikembangkan oleh wartawan profesional yang menyikapi meningkatnya tingkat ketidakpercayaan warga terhadap media massa dan kesinisan warga terhadap politik di Amerika Serikat sekitar 1988 belakangan dalam satu dasawarsa perkembangannya begitu pesat di Indonesia.
Setelah bergulirnya era reformasi yang terjadi semenjak tumbangnya rezim orde baru sekitar pertengahan 1998, dunia jurnalisme di Indonesia cenderung menuju arah yang lebih bebas dalam menyatakan kritik, saran dan pendapat. Hal ini ditandai dengan munculnya beberapa instansi media massa yang baru maupun yang dulu pernah dibredel oleh rezim orde baru lahir kembali.
Menangkap realitas yang terjadi seperti itu, peran media massa pada umumnya kemudian menjadi begitu dominan dalam hal penyebaran informasi. Namun, kebebasan pers ternyata menimbulkan fenomena baru di Indonesia. Kritik pedas terhadap standar dan arogansi media membawa media berpikir tentang fungsi dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan bagaimana wartawan lebih responsif dengan masalah yang menjadi perhatian masyarakat.
Pada dasarnya, media massa setidaknya memiliki beberapa fungsi yang secara sadar harus dilakukan oleh media massa manapun. Diantaranya, media massa harus bersifat mendidik, menghibur, dan memberikan informasi yang benar. Berdasarkan kritikan pedas yang sering timbul itulah kemudian jurnalisme warga belakangan ini menjadi profesi yang tiba-tiba mengidola di masyarakat.
Jurnalisme warga mencoba mendefinisi ulang nilai berita, mempertanyakan nilai objektivitas dan imparsialitas, mendorong keterlibatan wartawan lebih besar sebagai peserta aktif dalam masyarakat, dan menginginkan praktik jurnalisme yang mencerminkan keragaman kultural di masyarakat.
Kemunculan gerakan jurnalisme warga merupakan reaksi terhadap jurnalisme konvensional yang menghiraukan kewajiban untuk mewakili kepentingan pembacanya, dan dalam tingkat tertentu menjadi alat mengeruk keuntungan semata.
Bila dihubungkan dengan dunia jurnalisme di Indonesia yang memiliki pangsa pasar yang luas dan majemuk, keberadaan jurnalisme warga tentunya secara tidak langsung akan menjadi saingan tertentu bagi para wartawan professional yang memang memiliki latar belakan disiplin ilmu dunia jurnalistik.
Namun, bila bercermin kepada sejarah yang pernah terjadi di Amerika Serikat, jurnalisme warga yang dijalankan oleh media massa tidak mampu bertahan lama. Seperti yang diketahui, industri media massa merupakan ranah bisnis yang memiliki persaingan yang tidak kalah ketat bila dibandingkan dengan bisnis lainnya di luar bisnis media massa. Pembuatan program berita yang memerlukan dana besar serta kredibilitas sumber daya manusia menjadi hal yang paling penting dalam bisnis media massa.

Sebagai contoh, tahun 2003 pelopor civic journalism the Pew
Center of Civic Journalism membubarkan diri. Civic journalism ini membuka pintu bagi tumbuhnya jurnalisme warga dimana warga yang mempunyai berita, dan foto dapat menyampaikannya langsung melalui blog atau ke beberapa mainstream media yang sudah mengakomodasi. Dan medium jurnalisme warga yang saat ini sangat popular pada masyarakat adalah medium internet.

Peran media sosial dalam penyebaran informasi dan aktivitas jurnalisme

Layanan online harus diakui memang memiliki kedekatan tersendiri terhadap penggunanya. Interaksi sosial yang dibangun dalam medium media online lebih memiliki hubungan kuat dibandingkan dengan interaksi sosial yang dibangun diluar media online.
Bila dihubungkan dengan duia jurnalisme, yang notabene sama-sama menjual informasi sebagai komoditasnya, keberadaan media online dimungkinkan akan sangat menjadi pesaing berat bagi media massa yang konvensional.
Wartawan adalah rakyat yang menghubungkan – maksudnya, mampu menemukan sumber informasi yang relevan untuk berbagai cerita. Baik, didapat dari media sosial maupun dari pelaporan yang banyak memiliki gangguan dan berfungsi sebagai penghubung ke masyarakat. Ketika internet meluas, akan sulit mencari kesempatan untuk bertarung antar wartawan – itu mungkin yang sedang ditakutkan karena bisa mendapatkan sumber melalui situs-situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain.
Jika bisa mengelola berbagai macam informasi dan mencari kesempatan untuk perang anatar perangkat menjadi efektif dengan tujuan dan media sosial menjadi benar-benar efektif. Mashable berbicara mengenai wartawan dan industri untuk melihat bagaimana mereka menggunakan media sosial dalam pekerjaan hariannya.
Media internet, yang belakangan keberadaannya begitu dominan di masyarakat. Menjadi pusat percakapan simultan yang merefleksikan massa untuk menekan perhatian. Oleh karena itu, para pengguna media online tidak sulit lagi untuk memotong dan meletakkan jari di atas cerita. Artinya, masyarakat tidak akan sulit untuk membuat dan mencari informasi yang dipilih sesuai selera dan kebutuhan masing-masing individu. Mereka akan sangat dimanjakan oleh keberadaan informasi yang dimiliki oleh media online.
Mengenai keberadaan situs-situs media jejaring sosial, fasilitas serta regulasi informasi yang ada pada jejaring sosial mampu memberikan dampak besar kepada masyarakat luas atas isi informasinya. Namun, bagi pengguna yang “melek” keberadaan informasi yang ada pada jejaring sosial mungkin tidak sepenuhnya akan dipercaya begitu saja.
Namun demikian, harus diakui keberadaan media jejaring social dapat dijadikan alat yang sempurna untuk menyebarkan informasi baik yang bersifat individual maupun universal. Bahkan media jejaring social pun dapat memberikan keuntungan tersenderi bagi penggunanya seperti memperluas relasi yang dapat memberikan pekerjaan. Ketika kita berbagi cerita, kita memiliki kemampuan menggapai banyak orang dibanding pelanggan majalah. kita dapat juga melakukan diskusi di Facebook atau Twitter. Dengan cara ini, kita dapat mengukur bagaimana pembaca kita sedang beraksi terhadap informasi atau cerita yang kita buat dan juga dapat melihat kesadaran atas suka atau tidak.
Peranannya terhadap aktivitas jurnalisme, keberadaan media sosial terutama situs-situs jejaring sosial, memberikan dampak yang secara bersamaan bisa menjadi hal yang positif dan negatif. Dampak positifnya, bagi instansi media massa yang sudah mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mau menyikapi keberadaan situs-situs jejaring sosial dangan cara pandang yang arif dan bijaksana, mereka justru menjadikan situs-situs jejaring sosial sebagai medium baru untuk penyebaran informasi yang mereka punya. Dengan begitu, masyarakat pun akan mendapatkan informasi yang tingkat validitasnya terjamin.
Sementara itu, bagi madia massa yang mungkin masih memerankan bisnisnya secara konvensional, keberadaan situs-situs jejaring sosial mungkin akan menjadi pesaing baru lagi bagi bisnis mereka. Dengan begitu, secara otomatis eksistensi media massa yang menjalankan bisnisnya secara konvensional akan semakin terjepit bahkan mungki lama kelamaan akan benar-benar punah.
Bagi para insan pers, keberadaan situs-situs jejaring sosial cenderung akan lebih berguna hanya sebatas referensi pelengkap bagi pencarian informasi yang dibutuhkan. Sebab, mereka para insan pers, sebagian besar sudah tahu bahwa validitas informasi yang berseliweran ada pada situs-situs jejaring sosial kredibilitas dan validitas datanya masih diragukan. Apalagi informasi-informasi data yang berkenaan dengan kepentingan khalayak.
Namun, media sosial harus diakui sudah bisa dijadikan sumber daya yang menghubungkan pembaca dengan pembuat informasi secara langsung. Media sosial juga dapat menciptakan suatu komunitas. Menurut Steph Yiu, editor RedEye, penerbitan menggunakan Facebook ke Google Wave untuk hubungan ke pembaca. Pembaca dapat membuka akses blog dan ode-ide mereka juga sering dimasukkan ke artikel. “Kita benar-benar berinteraksi dengan pendengar kami,” kata Yiu.

Dhita Seftiawan (KIA043054) / Winarni (KIA070204)